Menurut
Ibnu Araby dalam Kitab Tafsir Tasawufnya, "Tafsirul Qur'anil Karim"
menegaskan, bahwa dengan (menyebut) Asma Allah, berarti Asma-asma Allah Ta’ala
diproyeksikan yang menunjukkan keistimewaan-nya, yang berada di atas
Sifat-sifat dan Dzat Allah Ta'ala. Sedangkan wujud Asma itu sendiri menunjukkan
arah-Nya, sementara kenyataan Asma itu menunjukkan Ketunggalan-Nya.
Allah itu sendiri merupakan Nama
bagi Dzat (Ismu Dzat) Ketuhanan. dari segi Kemutlakan Nama itu sendiri. Bukan
dari konotasi atau pengertian penyifatan bagi Sifat-sifat-Nya, begitu pula
bukan bagi pengertian "Tidak membuat penyifatan".
"Ar- Rahman" adalah
predikat yang melimpah terhadap wujud dan keparipurnaan secara universal.
menurut relevansi hikmah. dan relevan dengan penerimaan di permulaan pertama.
"Ar-Rahiim" adalah yang
melimpah bagi keparipurnaan maknawi yang ditentukan bagi manusia jika dilihat
dari segi pangkal akhirnya. Karena itu sering. disebutkan, "Wahai Yang Maha
Rahman bagi Dunia dan akhirat, dan Maha Rahim bagi akhirat".
Artinya, adalah proyeksi
kemanusiaan yang sempuma, dan rahmat menyeluruh, baik secara umum maupun
khusus, yang merupakan manifestasi dari Dzat Ilahi. Dalam konteks, inilah Nabi
Muhammad saw. Bersabda, "Aku diberi anugerah globalitas Kalam, dan aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak (menuju) paripurna akhlak".
Karena. kalimat-kalimat merupakan
hakikat-hakilkat wujud dan kenyataannya. Sebagaimana Isa as, disebut sebagai
Kalimah dari Allah, sedangkan keparipurnaan akhlak adalah predikat dan
keistimewaannya. Predikat itulah yang menjadi sumber perbuatan-perbuatan yang
terkristal dalam jagad kemanusiaan. Memahaminya sangat halus. Di sanalah para
Nabi - alaihimus salam - meletakkan huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan
tirai struktur wujud. Kenyataan ini bisa ditemukan dalam periode! Isa as,
periode Amirul Mukminin Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah, dan sebagian masa
sahabat, yang secara keseluruhan menunjukkan kenyataan tersebut.
Disebutkan, bahwa Wujud ini
muncul dari huruf Baa’ dari Basmalah. Karena Baa’ tersebut mengiringi huruf
Alif yang tersembunyi, yang sesungguhnya adalah Dzat Allah. Disini ada indikasi
terhadap akal pertama, yang merupakan makhluk awal dari Ciptaan Allah, yang
disebutkan (untuk akal) melalui firman-Nya, "Aku tidak menciptakan makhluk
yang lebih Kucintai dan lebih Kumuliakan ketimbang dirimu, dan denganmu Aku
memberi. denganmu Aku mengambil, denganmu Aku memberi pahala dan denganmu Aku
menyiksa". (Al-hadits).
Huruf-huruf yang terucapkan dalam
Basmalah ada 18 huruf. Sedangkan yang tertera dalam tulisan berjumlah 19 huruf.
Apabila kalimat-kalimat menjadi terpisah. maka jumlah huruf yang terpisah
menjadi 22.
Delapan belas huruf
mengisyaratkan adanya alam-alam yang dikonotasikannya dengan jumlahnya. 18 ribu
alam. Karena huruf Alif merupakan hitungan sempurna yang memuat seluruh
struktur jumlah. Alif merupakan induk dari seluruh strata yang tidak lagi ada
hitungan setelah Alif. Karena itu dimengerti sebagai induk dari segala induk
alam yang disebut sebagai Alam Jabarut, Alam Malakut, Arasy, Kursi, Tujuh
Langit., dan empat anasir, serta tiga kelahiran yang masing masing terpisah
dalam bagian-bagian tersendiri.
Sedangkan makna sembilan belas,
menunjukkan penyertaan Alam Kemanusiaan. Walau pun masuk kategori alam hewani,
namun alam insani itu menurut konotasi kemuliaan dan universalitasnya atas
seluruh alam dalam bingkai wujud, toh ada alam lain yang memiliki ragam jenis
yang prinsip. Ia mempunyai bukti seperti posisi Jibril diantara para Malaikat.
Tiga Alif yang tersembunyi yang
merupakan pelengkap terhadap dua puluh dua huruf ketika dipisah-pisah,
merupakan petunjuk pada Alam Ilahi Yang Haq, menurut pengertian Dzat. Sifat dan
Af 'aal. Yaitu tiga Alam ketika dipisah-pisah, dan Satu Alam ketika dinilai
dari hakikatnya.
Sementara tiga huruf yang
tertulis menunjukkan adanya manifestasi alam-alam tersebut pada tempat
penampilannya yang bersifat agung dan manusiawi. Dan dalam rangka menutupi Alam
Ilahi, ketika Rasulullah saw, ditanya soal Alif yang melekat pada Baa',
"dari mana hilangnya Alif itu?" Maka Rasulullah saw, menjawab,
"Dicuri oleh Syetan".
Diharuskannya memanjangkan huruf
Baa'nya Bismillah pada penulisan, sebagai ganti dari Alifnya, menunjukkan
penyembunyian Ketuhanannya predikat Ketuhanan dalam gambaran Rahmat yang
tersebar. Sedangkan penampakannya dalam potret manusia, tak akan bisa dikenal
kecuali oleh ahlinya. Karenanya, dalam hadist disebutkan, "Manusia diciptakan
menurut gambaran Nya".
Dzat sendiri tersembunyikan oleh
Sifat, dan Sifat tersembunyikan oleh Af'aal. Af'aal tersembunyikan oleh
jagad-jagad dan makhluk. Oleh sebab itu, siapa pun yang meraih Tajallinya
Af'aal Allah dengan sirnanya tirai jagad raya, maka ia akan tawakkal. Sedangkan
siapa yang meraih Tajallinya Sifat dengan sirnanya tirai Af'aal, ia akan Ridha
dan Pasrah. Dan siapa yang meraih Tajallinya Dzat dengan terbukanya tirai
Sifat, ia akan fana dalam kesatuan. Maka ia pun akan meraih Penyatuan Mutlak. Ia
berbuat, tapi tidak berbuat. Ia membaca tapi tidak membaca
"Bismillahirrahmaanirrahiim".
Tauhidnya af'aal mendahului
tauhidnya Sifat, dan ia berada di atas Tauhidnya Dzat. Dalam trilogi inilah
Nabi saw, bermunajat dalam sujudnya, "Tuhan, Aku berlindung dengan
ampunanmu dari siksaMu, Aku berlindung dengan RidhaMu dari amarah dendamMu, Aku
berlindung denganMu dari diriMu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar